Pengertian Paduan Suara
Dan Bagian – Bagiannya
Paduan suara atau kor (dari bahasa Belanda, koor) merupakan istilah yang merujuk kepada ensembel
musik
yang terdiri atas penyanyi-penyanyi maupun musik yang dibawakan oleh ensembel
tersebut. Umumnya suatu kelompok paduan suara membawakan musik paduan suara
yang terdiri atas beberapa bagian suara (bahasa
Inggris:
part, bahasa
Jerman:
Stimme).Dalam pengertian ini,
paduan suara juga mencakup kelompok vokal (vocal group), walaupun kadang kedua istilah ini saling
dibedakan.
Pengertian paduan suara adalah Penyajian musik vocal yang
terdiri dri 15 orang atau lebih yang memadukan berbagai warna suara menjadi
satu kesatuan yang utuh dan dapat menampakan jiwa lagu yang dibawakan.
Paduan suara biasanya dipimpin oleh seorang dirigen atau choirmaster yang umumnya sekaligus adalah pelatih paduan suara tersebut. Umumnya paduan suara terdiri atas empat bagian suara, Yaitu :
Paduan suara biasanya dipimpin oleh seorang dirigen atau choirmaster yang umumnya sekaligus adalah pelatih paduan suara tersebut. Umumnya paduan suara terdiri atas empat bagian suara, Yaitu :
1) Alto
Alto
bere' kau kata yang berasal dari Bahasa
Italia alto
atau canto dan Bahasa
Latin altus
yang berarti tinggi. Alto ini adalah salah satu jenis jangkauan suara dalam
menyanyi yang berada lebih rendah di bawah suara sopran
dan lebih tinggi daripada suara tenor.
Jenis suara ini merupakan tingkat ambitus
terendah dari seorang perempuan
dengan tingkat ambitus antara F sampai D2. Biasanya orang-orang yang memiliki
suara alto adalah perempuan
yang memiliki tingkat ambitus terendah, tetapi juga bisa laki-laki
yang memiliki tingkat ambitus tertinggi. Laki-laki yang memiliki jenis suara
ini seringkali disebut sebagai counter tenor.
Suara alto seringkali ditempatkan sebagai suara kedua karena dalam paduan suara,
jenis suara alto merupakan suara tertinggi kedua dalam sebuah kelompok, setelah
sopran.
Ketika seseorang menyanyikan suara alto, maka suara yang keluar memiliki ciri
rendah, berat, dalam, dan berwibawa. Oleh karena itu tidak sedikit orang yang
memiliki suara alto memerankan lakon ratu
dalam pementasan opera
karena karakteristik suaranya yang berwibawa.
2) Sopran
Sopran
adalah penyanyi suara tertinggi dalam klasifikasi vokal di dalam budaya musik
klasik barat. Istilah ini berasal dari bahasa Italia
'sopra' yang berarti melampaui dan juga bahasa Latin
'supra' yang berarti super. Dalam masa kini, istilah sopran hanya digunakan
untuk penyanyi wanita yang memiliki jarak suara sopran. Dalam paduan suara,
standar jarak suara sopran adalah yaitu dari C4 hingga satu setengah oktaf
keatas mencapai G5/A5.
Sejarah
Di dalam sejarah musik
barat, sopran digunakan pada abad 16 untuk menyebut bagian suara paduan suara
paling tinggi yang biasa dinyanyikan oleh anak lelaki. Pada abad 16 dan 17,
agama Kristen di
Eropa melarang kaum wanita untuk bertampil di tempat umum dan khususnya di Katedral
dan Gereja.
Dengan berkembangnya Opera,
peran-peran wanita diperlukan. Dengan dilarangnya wanita untuk menyanyi di
panggung, penyanyi kastrati digunakan,
dan masih terus dipergunakan hingga akhir musik baroque.
Dengan perkembangan agama kristen protestan,
doktrin katolik
lambat laun memudar dan penyanyi wanita diperbolehkan menyanyi dalam paduan
suara di gereja ataupun di opera. Sejak masa tersebut, istilah sopran
dipergunakan untuk suara wanita dan suara sopran anak-anak(sopran trebel).
Suara
Sopran Dalam Opera
Dengan semakin besarnya
peran Opera dalam dunia musik barat, semakin banyak juga peran-peran Opera yang
memerlukan suara-suara yang lebih spesifik. Istilah soprano tersendiri tidak
mencukupi keperluan opera.
Musik Giuseppe Verdi
dan Richard Wagner
merupakan puncak seni suara dimana suara harus memiliki warna, kelincahan,
jarak suara dan ukuran volum tertentu. Klasifikasi suara menjadi amat rumit.
Dalam dunia opera masa kini, suara soprano dapat dibedakan menjadi beberapa
macam. Klasifikasi suara modern digunakan dengan syarat bahwa hanya dapat
digunakan oleh penyanyi opera. Klasifikasi yang berasal dari Jerman ini disebut
Fach.
Sopran
Koloratura Lirik
Fach tertinggi untuk suara
sopran. Fach ini memerlukan suara yang tinggi dan ringan dan yang bisa
menyanyikan ornamen-ornamen melodi yang rumit dan tinggi.
Jarak
suara: C4-F6
Peran
Standar:
Penyanyi
Terkenal:
·
Sumi Jo
·
Natalie Dessay
Sopran
Koloratura Dramatik
Seperti suara koloratura
lirik tetapi lebih berat, gelap dan besar. Sopran ini bisa menyanyi ornamen
rumit walaupun diiringi tekstur orkestra yang tebal. Suara ini pada umumnya
paling ideal untuk semua peran koloratura Verdi.
Jarak
suara:C4-F6
Peran
Standar:
Penyanyi
Tenar:
·
Dame Joan Sutherland
·
Diana Damrau
Sopran
Lirik
Sopran yang memiliki suara
yang lebih gelap dari koloratura tetapi lebih ringan memiliki warna yang lebih hangat daripada
koloratura. Suara ini mampu menyanyi dengan amat lembut. Sopran ini menyanyi
peran muda.
Jarak
suara:C4-C6
Peran
Standar:
Penyanyi
Tenar:
·
Lisa della Casa
·
Renata Tebaldi
·
Elisabeth Schwarzkopf
·
Kathleen Battle
·
Anna Netrebko
·
Sarah Brightman
·
Lea Michele
Sopran
Spinto
Spinto dalam bahasa Itali
berarti didorong. Suara ini memiliki kualitas lirik dan dramatic bersamaan:
Sopran ini dapat menyanyi dengan lembut tetapi dapat menyanyi dengan kuat
walaupun tidak begitu lama. Biasa fach ini menyanyi peran tragis dimana sopran
ini menyanyi dengan suara indah dan bersih dan diakhiri dengan suara yang
dramatic dan deklamatif.
Jarak
suara:C4-C6
Peran
Standar:
Penyanyi
Tenar:
·
Maria Callas
·
Lotte Lehmann
·
Leontyne Price
·
Renée Fleming
·
Régine Crespin
·
Martina Arroyo
·
Radmila Bakočević
·
Roxana Briban
·
Eugenia Burzio
·
Montserrat Caballe
·
Michèle Crider
·
Daniela Dessi
Sopran
Dramatik
Soprano yang memiliki warna
suara yang gelap dan ukuran suara yang besar. Sopran ini mampu menyanyi peran
deklamatif dan kuat dan mampu menyanyi diiringi orkestra yang amat tebal.
Sopran ini biasa menyanyikan peran berwibawa karena suara sopran ini memiliki
kekuatan yang jauh lebih besar daripada soprano yang lain.
Jarak
suara:C4-C6
Peran
Standar:
Penyanyi
Tenar:
Heldensopran
Sopran langka ini harus
menyanyi peran-peran yang memerlukan suara yang paling besar. Sopran ini tidak
memerlukan warna suara tertentu tetapi ia memerlukan suara untuk menyanyikan
peran-peran utama dalam opera-opera Richard
Wagner dimana sopran tesebut harus menyanyi dengan
suara keras dengan tesitura
tinggi dalam waktu yang amat panjang. Konon dalam sejarah musik rekaman hanya
ada dua soprano yang mempunyai suara tersebut.
Jarak
suara:F3-C6
Peran
Standar:
Penyanyi
Tenar:
·
Birgit Nilsson
·
Kirsten Flagstad
3) Tenor
Tenor adalah
jenis suara tinggi pada penyanyi pria. Secara umum, suara tenor masuk di antara
nada C3 (nada C satu oktaf di
atas nada C natural) sampai nada A4 (nada A di atas nada C tengah) dalam paduan
suara dan sampai C5 untuk penyanyi
solo. Ada beberapa penyanyi tenor yang memiliki
rentang suara lebih ekstrem yakni dari B♭2
(dua B♭ di bawah C natural) sampai
ke nada F5 (dua F di atas C tengah).
Kata tenor berasal
dari bahasa latin Tenere
yang berarti Menahan.
Dalam polifoni abad pertengahan dan Renaissance
antara sekitar 1250 dan 1500 tenor merupakan suara dasar yang dijadikan rujukan
untuk menentukan suara suara-suara yang lain.[
4) Bas
Bass atau Bas adalah
jenis suara terendah penyanyi pria,
biasanya mempunyai jangkauan dari nada E2 sampai E4.Walaupun
demikian, beberapa penyanyi yang nada rendahnya bisa sangat ekstrim, bisa
mencapai nada C2. Nada bass bisa dihasilkan baik dari suara manusia
ataupun dari alat musik. Sesuai dengan
namanya bass juga berfungsi sebagai root
atau akar; dasar dari sebuah lagu. Oleh karena itu bass merupakan jenis suara
yang diharuskan ada dalam setiap komposisi paduan suara campuran mixed
choir atau paduan suara sejenis pria male
choir. Beberapa alat musik yang bersuara bas:
2. Jenis
– Jenis Paduan Suara
Paduan Suara Terbagi Atas Beberapa
Jenis, Yaitu :
I.
Paduan Suara UNISONO yaitu Paduan suara dengan
menggunakan satu suara.
II.
Paduan Suara 2 suara sejenis, yaitu paduan suara yang
menggunakan 2 suara manusia yang sejenis, contoh : Suara sejenis Wanita, Suara
sejenis Pria, Suara sejenis anak-anak.
III.
Paduan Suara 3 sejenis S – S – A, yaitu paduan suara
sejenis dengan menggunakan suara Sopran 1, Sopran 2, dan Alto.
IV.
Paduan Suara 3 suara Campuran S – A – B, yaitu paduan
suara yang menggiunakan 3 suara campuran , contoh : Sopran, Alto Bass
V.
Paduan suara 3 sejenis T- T – B, yaitu paduan suara 3
suara sejenis pria dengan suara Tenor 1, Tenor 2, Bass.
VI.
Paduan Suara 4 suara Campuran, yaitu paduan suara yang
mengguanakan suara campuran pria dan wanita, dengan suara S – A – T – B.
Sopran, Alto, Tenor, Bass.
3. Teknik
Berlatih Paduan Suara : Tips dan Trik
Pembinaan Paduan Suara pada umumnya bersifat temporer,
artinya hanya dibentuk jika ada event yang membutuhkan dan menyewa pelatih dari
luar dengan biaya yang relatif mahal. Padahal bila kita memahami trik/teknik
latihan Paduan Suara sebenarnya tidak terlalu sulit dan bisa kita kerjakan
sendiri. Yang penting kita bisa membuat program latihan yang baik, tentunya
dengan sarana/tempat latihan yang representatif.
KLASIFIKASI
PADUAN SUARA :
Penulis megklasifikasikan Paduan Suara menjadi 3 (tiga)
level, yaitu :
Level 1
(Penguasaan Materi)
Kriteria : Anggota Paduan Suara mampu menyanyikan
lagu/materi sesuai dengan notasi yang tertulis pada partitur.
Tips :
– Nyanyikan panjang pendek not sesuai nilai not pada partitur.
– Nyanyikan tinggi rendah nada sesuai dengan interval nada yang tertulis di partitur.
– Tekankan anggota untuk menghafal syairnya.
– Nyanyikan panjang pendek not sesuai nilai not pada partitur.
– Nyanyikan tinggi rendah nada sesuai dengan interval nada yang tertulis di partitur.
– Tekankan anggota untuk menghafal syairnya.
Level 2
(Interprestasi)
Kriteria : Anggota Paduan Suara mampu menyanyikan
lagu/materi sesuai dengan interprestasi lagu yang diinginkan oleh komponis
maupun aranger lagu tersebut.
Tips :
– Latih keras/lembut suara sesuai dengan tanda dinamik pada partitur. Kalau tidak tercantum pada partitur, dinamik disesuaikan dengan makna syair atau karakter alur melody.
– Latih Artikulasi (pengucapan) syair agar terdengar jelas. Misalnya pengucapan konsonan “r”, “s”, “ng”, serta vokal a, i, u, e, o, sehingga terdengar perbedaannya.
– Perhatikan Intonasi (penekanan) suku kata yang sesuai dengan Birama lagu.
– Perhatikan Frasering (pengkalimatan) agar sesuai dengan kalimat yang benar. Ini dapat dicapai jika dilaksanakan dengan teknik pernafasan yang baik.
– Lakukan pemanasan (vokalisi) yang cukup sebelum pelaksanaan latihan dimulai agar diperoleh Timbre (warna suara) yang menyatu, sehingga tidak ada suara yang menonjol sendiri.
– Latih keras/lembut suara sesuai dengan tanda dinamik pada partitur. Kalau tidak tercantum pada partitur, dinamik disesuaikan dengan makna syair atau karakter alur melody.
– Latih Artikulasi (pengucapan) syair agar terdengar jelas. Misalnya pengucapan konsonan “r”, “s”, “ng”, serta vokal a, i, u, e, o, sehingga terdengar perbedaannya.
– Perhatikan Intonasi (penekanan) suku kata yang sesuai dengan Birama lagu.
– Perhatikan Frasering (pengkalimatan) agar sesuai dengan kalimat yang benar. Ini dapat dicapai jika dilaksanakan dengan teknik pernafasan yang baik.
– Lakukan pemanasan (vokalisi) yang cukup sebelum pelaksanaan latihan dimulai agar diperoleh Timbre (warna suara) yang menyatu, sehingga tidak ada suara yang menonjol sendiri.
Level 3 (Ekspresi)
Kriteria : Setelah melalui tahap level 1 dan 2, anggota
Paduan Suara mampu menyanyikan lagu/materi dengan penghayatan dan dikeluarkan
melalui ekspresi.
Tips :
– Latih cara menyanyikan lagu sesuai dengan karakter lagu, misalnya: Lagu/aransemen yang riang dinyanyikan dengan lincah dan riang. – Perhatikan pada aransemen yang terdapat tanda perubahan tempo, misalnya : Accelerando, rittardando, A- tempo dll., agar dinyanyikan dengan tepat sehingga mendukung ekspresi.
– Tidak semua anggota dapat bernyanyi dengan ekspresi. Tempatkan anggota pada posisi central dan banjar terluar (samping kiri/kanan), karena posisi ini mempengaruhi penampilan secara keseluruhan.
– Latih cara menyanyikan lagu sesuai dengan karakter lagu, misalnya: Lagu/aransemen yang riang dinyanyikan dengan lincah dan riang. – Perhatikan pada aransemen yang terdapat tanda perubahan tempo, misalnya : Accelerando, rittardando, A- tempo dll., agar dinyanyikan dengan tepat sehingga mendukung ekspresi.
– Tidak semua anggota dapat bernyanyi dengan ekspresi. Tempatkan anggota pada posisi central dan banjar terluar (samping kiri/kanan), karena posisi ini mempengaruhi penampilan secara keseluruhan.
Dalam dunia tarik suara kita mengenal jenis-jenis kelompok
vokal seperti Duet, Trio, Kwartet, Ansambel, Paduan Suara dll. Paduan Suara
sering kita saksikan pada acara-acara rutin gereja bahkan yang bersifat tahunan
misalnya : Pesparawi (Pesta Paduan Suara Gerejawi), Perayaan Paskah/Natal.
Pembagian Kelompok Suara
Paduan suara umumnya terdiri dari 4 kelompok suara yaitu
Sopran, Alto, Tenor dan Bass. Beberapa arransemen ada pula yang membagi Sopran,
Meso, Alto, Tenor, Bariton dan Bass. Untuk mendapatkan balance yang baik, perlu
pembagian yang tepat untuk masing-masing kelompok.
Tips:
– Kelompokan anggota berdasarkan Range/ambitus suara, jangan paksakan penyanyi Alto bernyanyi dikelompok sopran dengan alasan karena kekurangan anggota sopran, demikian juga kelompok yang lainnya.
– Komposisi SATB (sopran, alto, tenor, bass) yang Ideal adalah 3:2:2:3., namun demikian pedoman di atas dapat berubah dengan pertimbangan potensi Power penyanyi yang ada.
– Kelompokan anggota berdasarkan Range/ambitus suara, jangan paksakan penyanyi Alto bernyanyi dikelompok sopran dengan alasan karena kekurangan anggota sopran, demikian juga kelompok yang lainnya.
– Komposisi SATB (sopran, alto, tenor, bass) yang Ideal adalah 3:2:2:3., namun demikian pedoman di atas dapat berubah dengan pertimbangan potensi Power penyanyi yang ada.
Program Latihan
Ada peribahasa “Seberangilah sungai dari tempat yang
dangkal” artinya mulailah segala sesuatu dari yang mudah dahulu. Artinya dalam
membuat program latihan harus bertahap dari yang mudah dahulu.
Tips :
– Selesaikanlah dahulu level-1 baru kemudian mulai level-2, dst. Contoh : jangan mengajarkan materi level-2 kalau anggota belum semuanya lulus level-1, karena akan sia-sia akibat terpecahnya konsentrasi.
– Kelompok paduan suara ibarat rangkaian gerbong kereta api. Jika salah satu gerbong tersendat maka gerbong yang lain kecepatanya terpaksa ikut melambat, menyesuaikan kecepatan gerbong yang tersendat tadi. Perbaiki gerbong (baca : kelompok suara) yang lemah dahulu, baru kelompok gerbong lainnya.
– Awali latihan dengan vokalisi terlebih dahulu, sesuai dengan karakter lagu yang akan dinyanyikan. Jika lagu banyak menggunakan stacato, perbanyak vokalisi stacato, jika lagu banyak nada panjang, perbanyak vokalisi nada panjang.
– Tekankan anggota untuk membaca not, jangan menghafal not, karena kemampuan membaca sangat diperlukan dalam PS. Setelah anggota dapat menyanyikan notasi dengan benar tekankan untuk menghafal syair.
– Selesaikanlah dahulu level-1 baru kemudian mulai level-2, dst. Contoh : jangan mengajarkan materi level-2 kalau anggota belum semuanya lulus level-1, karena akan sia-sia akibat terpecahnya konsentrasi.
– Kelompok paduan suara ibarat rangkaian gerbong kereta api. Jika salah satu gerbong tersendat maka gerbong yang lain kecepatanya terpaksa ikut melambat, menyesuaikan kecepatan gerbong yang tersendat tadi. Perbaiki gerbong (baca : kelompok suara) yang lemah dahulu, baru kelompok gerbong lainnya.
– Awali latihan dengan vokalisi terlebih dahulu, sesuai dengan karakter lagu yang akan dinyanyikan. Jika lagu banyak menggunakan stacato, perbanyak vokalisi stacato, jika lagu banyak nada panjang, perbanyak vokalisi nada panjang.
– Tekankan anggota untuk membaca not, jangan menghafal not, karena kemampuan membaca sangat diperlukan dalam PS. Setelah anggota dapat menyanyikan notasi dengan benar tekankan untuk menghafal syair.
Dirigen
Dirigen dalam Paduan Suara sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan penampilan Paduan Suara. Idealnya Dirigen Paduan Suara merangkap
pelatih sejak awal program latihan dilaksanakan, agar secara emosional akan
terjalin komunikasi. Namun karena keterbatasan personel di TNI AL yang bisa
memimpin Paduan Suara, seringkali Dirigen ditunjuk berdasarkan senioritas, atau
dari sukarelawan yang memberanikan diri karena tidak ada yang mau menjadi
dirigen, Sebaiknya hal ini dihindari.
Tips:
– Pilihlah Dirigen yang mempunyai wawasan PS lebih daripada anggota Paduan Suara lainnya, jangan berdasarkan senioritas saja.
– Fungsi Dirigen memadukan Suara dari anggotanya sehingga menjadi satu komposisi yang padu dan harmonis. Untuk itu Dirigen harus menguasai materi dengan baik dan benar, sebelum ia memadukan (memimpin) kelompok Paduan Suaranya.
– Dirigen jangan memulai aba-aba jika belum seluruh mata anggota memperhatikan Dirigen, karena kontak mata sangat penting untuk menjalin komunikasi antara Dirigen dan anggota Paduan Suara.
Tips:
– Pilihlah Dirigen yang mempunyai wawasan PS lebih daripada anggota Paduan Suara lainnya, jangan berdasarkan senioritas saja.
– Fungsi Dirigen memadukan Suara dari anggotanya sehingga menjadi satu komposisi yang padu dan harmonis. Untuk itu Dirigen harus menguasai materi dengan baik dan benar, sebelum ia memadukan (memimpin) kelompok Paduan Suaranya.
– Dirigen jangan memulai aba-aba jika belum seluruh mata anggota memperhatikan Dirigen, karena kontak mata sangat penting untuk menjalin komunikasi antara Dirigen dan anggota Paduan Suara.
4. Struktur paduan suara
Paduan suara biasanya dipimpin oleh seorang dirigen atau choirmaster yang umumnya sekaligus adalah pelatih paduan suara tersebut. Umumnya
paduan suara terdiri atas empat bagian suara (misalnya sopran, alto, tenor, dan bas), walaupun dapat dikatakan bahwa
tidak ada batasan jumlah suara yang terdapat dalam paduan suara. Selain empat
suara, jumlah jenis suara yang paling lazim dalam paduan suara adalah tiga,
lima, enam, dan delapan. Bila menyanyi dengan satu suara, paduan suara tersebut
diistilahkan menyanyi secara unisono.
Paduan suara dapat bernyanyi dengan atau tanpa iringan alat
musik.
Bernyanyi tanpa iringan alat musik biasanya disebut sebagai bernyanyi a cappella. Bila bernyanyi dengan iringan,
alat musik pengiring paduan suara dapat terdiri atas alat musik apa saja, satu,
beberapa, atau bahkan suatu orkestra penuh.
Untuk latihan paduan suara, alat pengiring yang digunakan
biasanya adalah piano, termasuk bahkan jika pada
penampilannya digunakan alat musik lain atau ditampilkan secara acappella.
5. Tata letak panggung
Terdapat banyak pandangan mengenai bagaimana masing-masing
kelompok bagian suara dalam paduan suara ditempatkan di panggung pada suatu
penampilan. Pada paduan suara simfonik, biasanya bagian-bagian suara diatur dari suara
tertinggi ke suara terendah (misalnya sopran, alto, tenor, dan kemudian bas) dari kiri ke kanan,
bersesuaian dengan penempatan bagian alat musik
gesek umumnya. Pada penampilan a
cappella atau dengan iringan piano, umumnya pria ditempatkan di belakang
dan wanita di depan; penempatan kelompok bas di belakang kelompok sopran
disukai oleh beberapa dirijen dengan alasan bahwa kedua bagian suara ini harus
saling menyesuaikan nada.
Paduan suara yang lebih berpengalaman sering menyanyi dengan
semua bagian suara bercampur dan tidak terkelompok-kelompok. Pendapat yang
mendukung metode penempatan ini adalah bahwa metode ini memudahkan
masing-masing penyanyi untuk mendengarkan dan menyesuaikan nada dengan bagian
suara yang lain, walaupun hal ini menuntut kemandirian masing-masing penyanyi.
6. Manfaat
Bernyanyi Dalam Paduan Suara
Banyak sekali manfaat dalam bernyanyi di paduan suara, salah
satunya untuk kesehatan. Sudah dibuktikan bahwa
bernyanyi dalam paduan suara ternyata mampu
meningkatkan kemampuan paru-paru dan juga menyembuhkan penyakit parkinson.
Salah satu syarat untuk bernyanyi dengan baik adalah
ketrampilan mengatur napas. Ketrampilan ini rupanya tidak hanya berguna untuk menghasilkan suara yang lantang sekaligus merdu,
tetapi juga bisa mengatasi berbagai gangguan fungsi
paru.
Prof Grenville Hancox dari
The Sidney De Haan Research Centre for Arts and Health di Canterbury mengatakan efek bernyanyi
dalam paduan suara benar-benar luar biasa. Beberapa pasien yang memiliki
masalah dengan fungsi paru-paru bisa bernapas lebih
lancar setelah mengikuti paduan suara, Gangguan
saraf yang dialami para penderita Parkinson berkurang, tampak dari kemampuannya
mengontrol otot pita suara.
Penelitian resmi mengenai efek paduan suara bagi penderita
masalah pernapasan memang belum banyak dilakukan. Saat ini, Prof Hancox baru merancang penelitian serupa untuk
penderita Penyakit Pru Obstruktif Kronik (PPOK) yang rencananya akan
berlangsung 10 bulan.
Sejumlah relawan dengan gangguan PPOK direkrut untuk
penelitian itu dan akan terus dimonitor perubahan pada fungsi paru-parunya. Di
awal penelitian, penderita PPOK umumnya memiliki napas pendek karena kemampuan
paru-paru untuk menampung udara sangat terbatas.
Dalam kaitannya dengan pernapasan, aktivitas menyanyi sudah lama
dikaitkan dengan peningkatan volume oksigen di paru-paru. Sebuah penelitian
lain di Swedia pernah mengungkap, peningkatan volume oksigen saat bernyanyi
dapat meningkatkan produksi hormon senang seperti oksitosin
Peningkatan hormon oksitosin memang tidak secara langsung
memperbaiki fungsi paru-paru. Namun ketika hormon ini meningkat, kadar stres
berkurang dan tekanan darah menjadi lancar sehingga distribusi oksigen dari
paru-paru ke organ lain menjadi lebih baik.
7. Awal
Mula terbentuknya Paduan Suara
Musik paduan suara adalah musik yang dilantunkan oleh
suatu paduan suara atau koor. Koor adalah bahasa
Belanda, yang berasal dari bahasa Yunani choros (di dalam bahasa Inggeris
disebut pula sebagai choir), yang berarti gabungan sejumlah penyanyi di mana mereka
mengkombinasikan berbagai suara mereka ke dalam suatu harmoni. Paduan suara
biasanya dipimpin oleh seorang dirigen atau choirmaster yang umumnya sekaligus
adalah pelatih paduan suara tersebut
Paduan suara dapat bernyanyi dengan atau tanpa
iringan alat musik.
Bernyanyi tanpa iringan alat musik biasanya disebut sebagai bernyanyi a cappella.
Bila bernyanyi dengan iringan, alat musik pengiring
paduan suara dapat terdiri atas alat musik apa saja, satu, beberapa, atau
bahkan suatu orkestra penuh.
Untuk latihan paduan suara, alat pengiring yang digunakan
biasanya adalah piano, termasuk bahkan jika pada penampilannya digunakan alat
musik lain atau ditampilkan secara a cappella.
Hampir semua paduan suara kini menyajikan lagu-lagu mereka
di dalam suatu harmoni yang umumnya terdiri dari empat bagian, yaitu sopran (suara tinggi wanita), alto
(suara rendah wanita), tenor (suara
tinggi pria) dan bas (suara rendah pria),
walaupun dapat dikatakan bahwa tidak ada batasan jumlah suara yang terdapat
dalam paduan suara. Selain empat suara, jumlah jenis
suara yang paling lazim dalam paduan suara adalah tiga, lima, enam, dan delapan.
Bila menyanyi dengan satu suara, paduan suara tersebut diistilahkan menyanyi
secara unisono.
Namun demikian, karya-karya musik paduan suara dapat pula
ditulis atau diaransir di dalam lebih dari empat bagian tadi. Musik paduan
suara dapat digubah dengan iringan instrumen maupun tanpa iringan instrumen
atau biasa disebut sebagai a cappella. Tetapi sebagian besar karya-karya musisi
terkemuka ditulis untuk paduan suara dengan iringan instrumen.
Sebenarnya paduan suara sudah mempunyai suatu sejarah yang
cukup panjang, karena paduan suara ini sudah dikenal dan membawakan lagu-lagu
pujian di kenisah-kenisah Sumeria pada kira-kira 3000
tahun sebelum Masehi. Di Yunani kuno, paduan suara bahkan diajarkan di
sekolah-sekolah, di mana pada masa itu juga sering berlangsung berbagai macam
lomba paduan suara, seperti yang ada di negeri kita.
Paduan suara juga dikenal di sinagoga Yahudi, di mana di
sinagoga ini paduan suara dibagi ke dalam beberapa kelompok dan mereka
bernyanyi bersautan dengan para penyanyi solo atau cantor. Hampir sebagian
besar dari nyanyian dan pujian di sinagoga-sinagoga ini diambil dari Alkitab,
terutama sekali dari Kitab Mazmur.
Dalam perkembangannya, pada tahun
800-an suatu jenis musik baru yang disebut musik polyphonic berkembang di Eropa.
Dalam musik polyphonic ini beberapa melodi dimainkan atau dinyanyikan dalam
waktu yang bersamaan.
Pada akhir tahun-tahun 1100-an, karya-karya
musik yang ditulis oleh beberapa komponis, seperti komponis
Perancis Perotin menggabungkan semua unsur musik, seperti melodi, irama,
harmoni dan polypohonic dan karya-karya tersebut ditampilkan oleh paduan suara,
penyanyi solo dengan iringan berbagai instrumen musik. Sebuah karya
musik paduan suara yang terkenal pada tahun 1300-an adalah
Misa Notre Dame, yang digubah oleh komponis dan penyair Perancis Guillaume de Machaut pada tahun 1364.
Pada tahun 1600-an merupakan sesuatu hal yang
biasa untuk memasukkan beberapa instrumen musik dalam komposisi paduan suara. Dan pada waktu yang hampir
bersamaan, ditemukan pula bentuk-bentuk baru karya musik paduan suara, seperti cantata gerejawi dan oratorio. Oratorio adalah karya-karya musik dengan seting atau berlatar
belakang Injil. Karya-karya ini digubah baik untuk paduan suara, penyanyi solo
maupun untuk instrumen pengiringnya.
Dua komponis dunia terkemuka yang mengubah musik
paduan suara adalah Johann Sebastian Bach dan George Frederick Handel dari
Jerman.
Karya Bach St. Matthew Passion (1729) dan oratorio
karya Handel berjudul Messiah (1742) merupakan karya-karya yang banyak
digelar di berbagai negara. Di dalam hampir semua musik paduan suara karya Bach
dan Handel, orkestra maupun iringan instrumen solo memainkan bagian yang sangat
penting di setiap pagelaran.
Karya-karya lain yang terkenal pada masa itu antara lain
adalah The Creation (1798), gubahan Franz Joseph Haydn
dari Austria dan Requiem (1791) karya Wolfgang Amadeus Mozart, juga dari
Austria.
Kini, di zaman modern sekarang ini, banyak komponis
terkemuka dunia yang telah menulis berbagai karya musik paduan suara yang
indah. Di antara mereka itu antara lain terdapat Igor
Stravinsky dari Rusia, yang menggubah antara
lain Symphony of Psalms pada tahun 1930 dan Arnold Schoenberg dari Austria.
Banyak pula karya-karya musik paduan suara yang terkenal
hingga saat ini yang
digubah oleh Charles Ives dari Amerika Serikat,
Bela Bartok dan Zoltan Kodaly dari Hungaria, Arthur Honegger dari Perancis,
Paul Hindemith dan Carl Orff dari Jerman serta Sir William Walton dan Benjamin
Britten dari Inggeris.
Jadi, pada dasarnya sebagian besar karya musik
paduan suara tersebut didedikasikan sebagai pujian serta penghormatan kepada
Tuhan. Oleh karenanya, maka sebagian besar dari karya-karya tersebut
banyak yang mengambil tema dari Alkitab. Dengan
demikian, maka tidaklah mengherankan jika musik-paduan suara
gerejawi di manapun selalu memainkan peran yang
penting di dalam berbagai ritual keagamaan atau kebaktian serta missa.
Pengkategorian lain untuk paduan suara adalah berdasarkan
jumlah penyanyi di dalamnya, misalnya:
- Ensembel vokal atau kelompok
vokal (3-12 penyanyi)
- Paduan suara kecil atau paduan suara kamar (12-28 penyanyi)
- Paduan suara besar (lebih dari 28 penyanyi)
Paduan suara juga dapat dikategorikan menurut jenis atau
genre karya yang dibawakannya, misalnya:
Wiener Sängerknaben,
paduan suara anak laki-laki dari Wina, Austria
paduan suara anak laki-laki dari Wina, Austria
- Paduan suara simfonik
- Paduan suara opera
- Paduan suara lagu keagamaan (musica sacra)
- Paduan suara lagu
popular
- Paduan suara jazz
- Paduan suara lagu
rakyat
- Paduan suara pertunjukan (show choir), yang
anggota-anggotanya menyanyi dan menari dalam penampilan yang seringkali
menyerupai pertunjukan musical.
Selain itu, paduan suara dapat dikategorikan menurut lembaga
tempat paduan suara tersebut berada, misalnya:
- Paduan suara gereja
- Paduan suara sekolah
- Paduan suara mahasiswa
- Paduan suara umum
- Paduan suara profesional
Beberapa karya paduan suara
- Zadok the Priest - Georg Friedrich Händel (1727)
- Oratorio Messiah - Georg Friedrich Händel (1741)
- Simfoni No. 9 - Ludwig van Beethoven (1824)
dalam dunia tarik suara kita mengenal
jenis-jenis kelompok vokal seperti Duet, Trio, Kwartet, Ansambel, Paduan Suara
dll. Paduan Suara sering kita saksikan pada acara-acara rutin gereja bahkan
yang bersifat tahunan misalnya : Pesparawi (Pesta Paduan Suara Gerejawi),
Perayaan Paskah/Natal.
.
Pembinaan Paduan Suara pada umumnya bersifat temporer, artinya hanya dibentuk jika ada event yang membutuhkan dan menyewa pelatih dari luar dengan biaya yang relatif mahal. Padahal bila kita memahami trik/teknik latihan Paduan Suara sebenarnya tidak terlalu sulit dan bisa kita kerjakan sendiri. Yang penting kita bisa membuat program latihan yang baik, tentunya dengan sarana/tempat latihan yang representatif.
.
Pembinaan Paduan Suara pada umumnya bersifat temporer, artinya hanya dibentuk jika ada event yang membutuhkan dan menyewa pelatih dari luar dengan biaya yang relatif mahal. Padahal bila kita memahami trik/teknik latihan Paduan Suara sebenarnya tidak terlalu sulit dan bisa kita kerjakan sendiri. Yang penting kita bisa membuat program latihan yang baik, tentunya dengan sarana/tempat latihan yang representatif.
KLASIFIKASI PADUAN SUARA
.
Penulis megklasifikasikan Paduan Suara menjadi 3 (tiga) level, yaitu:
.
Level – 1 (Penguasaan Materi)
.
Kriteria : Anggota Paduan Suara mampu menyanyikan lagu/materi sesuai dengan notasi yang tertulis pada partitur.
.
Tips :
– Nyanyikan panjang pendek not sesuai nilai not pada partitur.
– Nyanyikan tinggi rendah nada sesuai dengan interval nada yang tertulis di partitur.
– Tekankan anggota untuk menghafal syairnya.
.
Level – 2 (Interprestasi)
.
Kriteria : Anggota Paduan Suara mampu menyanyikan lagu/materi sesuai dengan interprestasi lagu yang diinginkan oleh komponis maupun aranger lagu tersebut.
.
Tips :
– Latih keras/lembut suara sesuai dengan tanda dinamik pada partitur. Kalau tidak tercantum pada partitur, dinamik disesuaikan dengan makna syair atau karakter alur melody.
– Latih Artikulasi (pengucapan) syair agar terdengar jelas. Misalnya pengucapan konsonan “r”, “s”, “ng”, serta vokal a, i, u, e, o, sehingga terdengar perbedaannya.
– Perhatikan Intonasi (penekanan) suku kata yang sesuai dengan Birama lagu.
– Perhatikan Frasering (pengkalimatan) agar sesuai dengan kalimat yang benar. Ini dapat dicapai jika dilaksanakan dengan teknik pernafasan yang baik.
– Lakukan pemanasan (vokalisi) yang cukup sebelum pelaksanaan latihan dimulai agar diperoleh Timbre (warna suara) yang menyatu, sehingga tidak ada suara yang menonjol sendiri.
.
Penulis megklasifikasikan Paduan Suara menjadi 3 (tiga) level, yaitu:
.
Level – 1 (Penguasaan Materi)
.
Kriteria : Anggota Paduan Suara mampu menyanyikan lagu/materi sesuai dengan notasi yang tertulis pada partitur.
.
Tips :
– Nyanyikan panjang pendek not sesuai nilai not pada partitur.
– Nyanyikan tinggi rendah nada sesuai dengan interval nada yang tertulis di partitur.
– Tekankan anggota untuk menghafal syairnya.
.
Level – 2 (Interprestasi)
.
Kriteria : Anggota Paduan Suara mampu menyanyikan lagu/materi sesuai dengan interprestasi lagu yang diinginkan oleh komponis maupun aranger lagu tersebut.
.
Tips :
– Latih keras/lembut suara sesuai dengan tanda dinamik pada partitur. Kalau tidak tercantum pada partitur, dinamik disesuaikan dengan makna syair atau karakter alur melody.
– Latih Artikulasi (pengucapan) syair agar terdengar jelas. Misalnya pengucapan konsonan “r”, “s”, “ng”, serta vokal a, i, u, e, o, sehingga terdengar perbedaannya.
– Perhatikan Intonasi (penekanan) suku kata yang sesuai dengan Birama lagu.
– Perhatikan Frasering (pengkalimatan) agar sesuai dengan kalimat yang benar. Ini dapat dicapai jika dilaksanakan dengan teknik pernafasan yang baik.
– Lakukan pemanasan (vokalisi) yang cukup sebelum pelaksanaan latihan dimulai agar diperoleh Timbre (warna suara) yang menyatu, sehingga tidak ada suara yang menonjol sendiri.
Level – 3 (Ekspresi)
.
Kriteria : Setelah melalui tahap level 1 dan 2, anggota Paduan Suara mampu menyanyikan lagu/materi dengan penghayatan dan dikeluarkan melalui ekspresi.
.
Tips :
– Latih cara menyanyikan lagu sesuai dengan karakter lagu, misalnya: Lagu/aransemen yang riang dinyanyikan dengan lincah dan riang. – Perhatikan pada aransemen yang terdapat tanda perubahan tempo, misalnya : Accelerando, rittardando, A- tempo dll., agar dinyanyikan dengan tepat sehingga mendukung ekspresi.
– Tidak semua anggota dapat bernyanyi dengan ekspresi. Tempatkan anggota pada posisi central dan banjar terluar (samping kiri/kanan), karena posisi ini mempengaruhi penampilan secara keseluruhan.
.
Kriteria : Setelah melalui tahap level 1 dan 2, anggota Paduan Suara mampu menyanyikan lagu/materi dengan penghayatan dan dikeluarkan melalui ekspresi.
.
Tips :
– Latih cara menyanyikan lagu sesuai dengan karakter lagu, misalnya: Lagu/aransemen yang riang dinyanyikan dengan lincah dan riang. – Perhatikan pada aransemen yang terdapat tanda perubahan tempo, misalnya : Accelerando, rittardando, A- tempo dll., agar dinyanyikan dengan tepat sehingga mendukung ekspresi.
– Tidak semua anggota dapat bernyanyi dengan ekspresi. Tempatkan anggota pada posisi central dan banjar terluar (samping kiri/kanan), karena posisi ini mempengaruhi penampilan secara keseluruhan.
Program Latihan
- Ada peribahasa “Seberangilah sungai dari tempat yang dangkal” artinya mulailah segala sesuatu dari yang mudah dahulu. Artinya dalam membuat program latihan harus bertahap dari yang mudah dahulu.
- Keberhasilan adalah buah dari latihan, namun tanpa disiplin, latihan tidak menghasilkan apa-apa”.
Referensi:
-Diffa asfarinni*H6-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar